Powered by Blogger.

5 Strategi Kubu Jokowi dalam Pembentukan Opini

Suryo Prabowo Kubu Jokowi Rekayasa Perhitungan Suara merdeka.com

Inilah lima strategi kubu Jokowi-Jk dalam rekayasa dan pembentukan opini publik mengenai hasil pilpres 2014, menurut versi tim sukses Prabowo-Hatta, seperti yang dikatakan oleh Letjen TNI Purn Suryo Prabowo, penasihat calon presiden nomor urut satu tersebut yang menduga ada usaha yang sistematis untuk membentuk opini agar Jokowi-JK menang dalam Pilpres 2014, seperti berita yang dirilis oleh merdeka.com.

Menurut Suryo, publik harus mengerti skenario drama politik yang jahat ini agar tidak bingung dan tersesat. “Mereka giring opini publik ke target mereka. Kalau tidak sesuai target mereka tuduh curang. Mereka tidak siap kalah maka segala cara ditempuh untuk menang. Berbeda dengan Prabowo-Hatta, yang akan menghormati apa pun keputusan rakyat. Menang tidak akan mentang-mentang, dan kalau pun kalah tidak marah,” tutupnya.

Inilah indikasi, siasat dan strategi yang digunakan kubu Jokowi-JK, mulai dari rekayasa berita penghitungan suara hingga pengerahan massa seperti yang dikatakan Suryo Prabowo dihadapan media massa, Minggu 13 Juli 2014.

1. Rekayasa Exit Poll

“Pertama, berdasarkan exit poll mereka menyebarkan kabar Jokowi-JK menang telak 85 persen berbanding 15 persen dari Prabowo-Hatta di sejumlah negara seperti Arab Saudi dan Malaysia. Tujuannya untuk pengaruhi pemilih dalam negeri,” ujar penasehat tim Prabowo-Hatta, Letjen TNI Pur Suryo Prabowo, Ahad (13/7).

Padahal, katanya, setelah hitungan resmi dilakukan, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa memperoleh 51 persen di Jeddah. Sementara Jokowi-JK mendapatkan 48 persen. Di Qatar Prabowo-Hatta memperoleh 52 persen dan Jokowi-JK 42 persen. Kemudian di Malaysia Prabowo-Hatta 85 persen Jokowi-JK 15 persen.

2. Rekayasa Quick Count

Kedua, menurutnya, di dalam negeri sejumlah lembaga survei yang menjadi konsultan politik melakukan quick count. “Hasilnya dibuat seragam, Jokowi-JK menang 3-5 persen dari Prabowo-Hatta,” ujarnya. Padahal, urainya, saat itu data yang masuk baru 75 persen. Ditambah, ada quick count lain yang mengunggulkan Prabowo-Hatta.

3. Klaim Hasil Pilpres

Ketiga, kemenangan quick count tersebut dengan cepat diklaim secara terbuka sebagai terpilihnya Jokowi-JK sebagai pemenang pemilu. “Mereka mendeklarasikan kemenangan Jokowi-JK secara terbuka,” jelasnya.

4. Pengerahan Massa

Keempat, setelah pernyataan klaim sepihak kemenangan Jokowi-JK, ada pengerahan massa untuk memberi legitimasi sosial setelah pernyataan klaim sepihak tersebut. “Massanya sudah disiapkan sepekan sebelum hari pencoblosan,” ungkapnya.

5. Mempengaruhi Opini Publik

Kelima, ada upaya mengunci opini publik kalau Jokowi-JK sudah menang pemilu. Bahkan dikatakan hasil quick count lebih benar dari hitung manual KPU. “Ini seperti drama politik tentang klaim pemenang pilpres. Diatur kisahnya secara dramatis melibatkan emosi publik. Ujungnya KPU seperti dipaksa untuk memenangkan Jokowi-JK. Hanya kecurangan yang dapat mengalahkan Jokowi-JK, itulah kesimpulan drama politik ini yang mereka inginkan,” bebernya.

Menurut berita yang dirilis oleh vivanews.com, Mahfud MD, Ketua tim pemenangan Prabowo-Hatta, mengatakan tim Jokowi-JK telah melakukan kecurangan. Deklarasi kemenangan yang mereka sampaikan, lanjut Mahfud, merupakan sebuah upaya mengecoh masyarakat. “Rakyat ditipu oleh opini. Kami tidak melakukan itu. Kami menang telak di Jawa Barat. Sumatera Utara dan barat kami menang. Kami siap mengadu data C1 tiap TPS,” kata Mahfud di Jl. Kertanegara nomer 4, Jakarta, Rabu, 9 Juli 2014.

Mahfud menjelaskan Jokowi-JK mengumumkan kemenangan pada posisi suara masuk 73 persen. Sedangkan Prabowo-Hatta mengumumkan pada posisi 90 persen. “Dari malam kami mendengar strategi licik mereka yang akan mengumumkan pada posisi selisih 5 persen. Kami merasa dicurangi. Bisa saja kami umumkan lebih awal saat suara 65 persen. Kami pasti menang,” katanya. Selain itu mantan ketua MK ini mengatakan timnya menemukan seprti adanya upaya rekayasa cyber dalam penghitungan cepat ini. “Kami menduga ada upaya untuk merekayasa hitung cepat ini,” tegasnya.

Seperti berita di poskotanews.com, sebelumnya juga, Ketua DPP Partai Gerindra Desmon J Mahesa, di DPR, Kamis (10/7) menuding Jokowi-JK yang buru-buru mengklaim kemenangan Pilpres, sebagai upaya menggiring opini di pikiran masyarakat luas. Aksi seperti ini bisa memancing terjadinya konflik horizontal, terlebih Jokowi juga ikut merayakan di Tugu Proklamasi. Anggota Komisi III DPR ini mengatakan, belum seluruh daerah di Indonesia masuk penghitungan tetapi sudah diklaim kemenangan. “Menurut saya, ini menggiring untuk membentuk opini, ini gejala kecurangan sistemik. Ditambah adanya memancing konflik horizontal yang terbuka,” ungkapnya.

Related Post:

0 Komentar untuk "5 Strategi Kubu Jokowi dalam Pembentukan Opini"

Back To Top